Jumat, 16 Juli 2010

Satu Tahun Mengaru Biru

Sebetulnya sekarang tahun ajaran baru. Tapi satu tahun ini aku tidak bercerita apapun dalam blog ini. Karena beberapa hal sehingga aku meninggalkan blog ini selama satu tahun.

Baiklah..satu tahun ini mungkin karena ada kejadian-kejadian yang membuat aku harus berbagi perhatian dengan yang lain (seharusnya hal ini tidak jadi alasan..) aku sedikit lalai menjadi wali kelas anak2ku. Dan aku berterimakasih telah disentil oleh kepala sekolah katanya ”bu gina jadi wali kelas tidur ya..masa ada anak kehadirannya alpa 34 hari..seharusnya Bu Gina lebih greget lagi jadi wali kelas. Duh panas dingin deh dibilang begitu di rapat akhir tahun ajaran. Meskipun aku sudah berdalil sedemian rupa rupanya tetap aku yang kurang berkerja keras..oke lah aku terima hal ini...(hehe piss ah pak?!)

Tahun ini cobaan yang paling berat menjadi wali kelas. Aku dititipi 5 anak didik yang sedikit nyeleneh. Kalo teman temannya sih memberi nama grup F4. walaupun jumlah nya 5 orang.


  1. Yudha subagya tri samudra.

Anak ini semester 1 biangnya bolos. Sering dipanggil orang tuanya tapi tidak pernah datang dengan alasan sibuk. Eh, pernah datang satu kali itu pun dihadapi oleh BP karena waktu itu aku tidak ada jadwal mengajar sehingga aku tidak hadir di sekolah. Alasan yang dia kemukanan sepertinya dibuat buat melindungi anaknya. Katanya yudha itu kesehatannya kurang baik. Sering ke dokter, dan gak bisa kecapean dikit. Menurut pengamatanku sih anaknya sehat. Buktinya dia kuat berlari waktu ketauan bolos pelajaran IPA.

Dan sewaktu pembagian rapot lagi-lagi orang tuanya gak bisa datang, setelah 2 minggu aktif belajar baru deh ketemu ibunya. Karena banyak nilai dibawah KKM aku kasih penjelasan aja..bahwa dia harus banyak mengulang pelajaran di semester 1. dan untuk kehadiran tidak ada toleransi lagi dia harus hadir 100%.

Akhirnya dengan sedikit bantuan dari orang tuanya walau pun dia tidak banyak perubahan perilakunya akhirnya yuda naik ke kelas 9. walau angka ketidakkehadirannya dibawah 10%, tapi nilai nya semua standar KKM.


  1. Endang Suherman.

Kalo ini di diam-diam menghanyutkan. Kalo dikelas diam tapi diluar senangnya tawuran. Angka bolosnya semester 1 dibawah yudha. Tapi semestr 2 menyusul yuda. Endang juga sering belajar dikantin,hehe (kalo yang lain belajar dikelas ini hadir dikantin). Terakhir aku panggil orangtuanya, orangtua nya dia tidak tau dia sering bolos. Aku liat orang tuanya punya harapan besar ke endang. Dia menangis dihadapanku dia ingin anaknya menjadi anak yang baik. terharu sekali melihat orangtua yang sakit hati melihat perkembangan negatif anaknya. Okelah bapa yang baik hati kita kerja sama aja..bapa liat perkembangn anak bapa dirumah, biar aku yang tangani anak ini klo di sekolah. Mudah2an berubah...akhirnya endang naik kelas juga. Mudah-mudahan jadi anak yg baik harapan orangtua. Tidak tawuran lagi, tidak belajar dikantin lagi, dan tidak bolos lagi. oke..ndang??


  1. Daud Sulaeman

Nih dia..biangnya bikin ribut dikelas. Banyak guru yang komplen ke saya mengenai anak ini. Katanya bikin suasana kelas gak nyaman, bisanya nyolot, brisik, dan gangu guru klo lagi menerangkan materi. Cara berpakaiannya juga aneh baju putih ngatung celana model pencil (mirip cungcuter) gaya rambut ngefunk. Sudah beberapa kali diajak ngobrol tetap aja seperti itu.terakhir gaya rambutnya yang seperti itu saya babat abis dengan bantuan pa Dadan (rekan kerja aku yang baik hati..makasih ya?!)kalo aku masuk kelas memang anaknya rada-rada melunjak tapi menurut ku masih tahap wajar. Tapi ya itu tadi ada beberapa guru mata pelajaran yang terganggu dengan anak ini.


  1. Handi arisandi.

Ini dia juga biang nya bolos, kabur dari kelas bersama grup F4 nya. Gayanya juga aneh. Bajuputih ngatung plus celana pencilnya. Sepatunya juga gak pernah pake yang hitam..sering aku ambil sepatunya tapi tidak pernah berubah. Pernah aku panggil orangtuanya yang datang malah kakanya dengan tantenya. Aku jelaskan perkembangan ponakannya itu, yang dia tanyakan malah anaknya yang duduk dikelas 9. Sangat gaak nyambung ini??

Orangtuanya(ibu dan bapanya) katanya orang bisnis pergi pagi pulang malem.


  1. Rian Hidayat

Ini juga anggotanya F4 sering bikin masalah dikelas. Hampir sama dengan daud sulaeman. Anehnya klo dilingkungan rumah dia terlihak so cute, aktif dimesjid. Dia rumahnya dekat dengan rumahku. Tapi disekolah terbalik 90° . aneh juga..mudah-mudahan jadi anak yang baik. Jadi pejuang di mesjid?!


Akhirnya satu tahun bersama mereka membuatku sedih, sedih karena tidak bisa berbuat banyak buat mereka. satu tahun ini hanya sedikit perhatian buat mereka. maafkan aku?!

Sabtu, 09 Mei 2009

INASTI SANGJAYA

Hari sabtu siang setelah mengajak pulang anak-anak bermain di Tiara, ibu bertemu dengan salah satu orang tua murid yang menanyakan keberadaan anaknya. Berhubung hari itu hari sabtu dan berbarengan dengan Hari pendidikann Nasional semua murid dipulangkan lebih pagi. Saya bilang semua anak sudah pulang dari pagi. Nah ibu tersebut bingung karena anaknya setiap sabtu pulang sore dengan alasan ikut latihan pramuka. Nah berhubung saya juga tidak tahu kemana anaknya itu saya berjangji akan melakukan investigasi “walah..kaya di transteve aja”

Hari senin saya mulai menanyakan ke guru eskul Pramuka. Jawabannya diluar dugaan ternyata INASTI SANGJAYA (murid perempuan) Sudah lama tidak latihan Pramuka. Wah ..kalau tidak latihan pasti main? Mainnya dengan siapa? Yang kedua saya bertanya dengan temen sekelasnya siapa temen dekat Inasti di kelas. Ternyata menurut temen sekelasnya Inasti tidak punya temen dekat dikelas paling dia sama si Tatang anak kelas III. Wah..tambah seram lagi rupanya! Tatang itu kan bukan Murid baik-baik. Dia sering dipanggil BP karena berbagai kasus. dan menurut temannya lagi Inasti sering ganti-ganti pacar dan selalu pacaran di kelas waktu istirahat.

Hari selasa saya menemui guru BP kelas I ternyata Inasti ada juga di catatan ibu yang sangat perhatian itu. Inasti sering ketauan pacaran dikelas. Inasti juga sering bergaul dengan anak-anak yang bermasalah. Kejadiannya selalu dihari Sabtu. Setelah bisa ditarik kesimpulan bahwa Inasti sering pulang sore karena keluyuran dengan anak-anak bermasalah tersebut saya mulai memberikan laporan lewat telpon pada ibunya yang kebetulan saya kenal baik.

Hari kamis saya bertemu lagi dengan ibu tersebut. Dia mulai sedikit tenang karena menurutnya dia sudah menasehati Inasti dan inasti berjanji akan memperbaiki kelakuannya. Inasti sudah menghapus nama kontak beberapa teman yang ada di ponselnya. Dan sekarang dia sudah pulang tepat waktu.
Ya ..mudah-mudahan semuanya berjalan dengan baik. Inasti kembali menjadi anak yang baik. Meskipun begitu saya akan tetap memantau perkembangan anak tersebut.

Rabu, 05 November 2008

LINA YULIAWATI

LINA YULIAWATI nama yang lembut, sederhana, kesan yang damai, namun sayang..pasaran (maaf ya...). Nama ini salah satu anak didik kesayangan ibu. Anaknya ceria, ngobrolnya rame, polos dan senang bergaul.

Waktu istirahat siang ibu terkaget-kaget dengar pengakuan dia, katanya “bu, aku gak bisa ngaji dan sholat.” Wah aneh juga orangtua seperti apa tidak bisa mendidik anaknya mengaji dan solat. Ternyata setelah Lina curhat panjang lebar. Ibunya Lina pergi ke Saudi dia tinggal bersama bapanya yang mungkin kurang juga pendalaman agamanya sehingga waktu kecilnya tidak disuruh belajar mengaji. Sehingga setelah Lina usia baliq dia sadar dia berbeda dengan teman-temanya. Dia sadar dan ingin mengubah dirinya. Akhirnya dengan penuh dukungan ibu tunjuk tutor dikelas untuk mengajari Lina bisa baca alQuran.

Sekarang di saat Lina mulai menunjukan semangat belajar agamanya. Datang lagi masalah baru. Tutornya lapor ke Ibu. Katanya “Lina gak sekolah karena dikeluarkan pak Hadi. Penyebab nya misterius,bu”. Dia tanya ibu, mungkin ibu tahu. Ibu jawab”meneketehe”. Lha kalau mau dikeluarkan kan harus diketahui walikelas. Pasti ada “something wrong”. Dan setelah ngobrol dengan pak Hadi (tau gak..kalau denger nama “Pak Hadi” disebut, anak-anak ada yang mulas mendadak, atau bisa juga lari terbirit-birit, atau malah kencing. Saking takutnya..hiyyyy). Lina dipanggil karena ada kasus “bolos bareng” yang dilakukan bersama anak kelas 8 yang semuanya 4 orang. Dan kejadian bolos bareng ini sudah 3 bulan lewat baru terungkap sekarang. Dan semuanya sudah dipanggil. Hari ini dia di skor satu hari.

Wah lega sekali dengarnya..akhirnya ibu tidak kehilangan anak didik lagi...mulai saat ini Ibu akan semakin dekat lagi dengan anak-anak, mendampingi mereka, ada disaat mereka kesulitan dan tentu saja ibu sayang semua anak ibu.

Senin, 20 Oktober 2008

ILMI dan LINTANG

Sepulang sekolah aku mengunjungi Ilmi, anak kelas 8 yang sudah satu bulan tidak masuk sekolah. Kabar yang ibu dengar dia mau keluar dengan alasan tidak ada biaya/ongkos untuk pulang dan pergi ke sekolah. Ilmi tinggal dengan jarak sekitar 7 km dari sekolah. Ongkos ke sekolah Rp 4.000 perhari. Sewaktu ayahnya masih bekerja ibunya Cuma sanggup memberi ongkos Rp 2.000 perhari (ayahnya Ilmi sakit ginjal parah sampai tidak bisa berjalan) Itu pun hasil dari pinjam sana-sini. Sebelumnya Ilmi juga mendapat bantuan dari ibu guru yang baik hati yang bersedia menyediakan ongkos per bulan RP 100.000. Tapi sudah beberapa bulan ini ibu tersebut tidak memberikan ongkos tersebut, Ilmi malu untuk meminta ke rumahnya, karena takut jadi beban untuk ibu tersebut. Rumah yang dia tempati sangat-sangat tidak layak, Triska pernah menangis menceritakan rumah Ilmi. Katanya”ko Ilmi bisa tinggal dirumah seperti itu, berdempetan dengan 4 kaka dan 4 adik, dan kondisi bapak yang sakit-sakitan”.
Setelah tahu kesulitan yang dia katakan, aku berinisiatif untuk membiayai ongkos yang dia butuhkan untuk pulang dan pergi ke sekolah. Tapi Ilmi menolak karena takut jadi beban. Sayang sekali padahal Ilmi anak yang pandai di sekolah. Dia juara umum peringkat 2 di sekolah. Dia pintar berbahasa Inggris. Dia katakan mau meneruskan ke sekolah paket-B saja. Tekat ku sudah bulat, bu? katanya. aku minta dia berpikir lagi..dan memberi kesempatan kepada Ibu untuk membantu dia. Tapi sekali lagi dia geleng kepala... 
Rasanya aku sudah gagal mempertahankan Ilmi. Sakit sekali hati ini..
Ternyata, setelah sekolah gratis, setelah anggaran pendidikan berubah menjadi akan 20%, setelah perhatian dunia sudah berubah terhadap pendidikan masih ada anak yang kesulitan menempuh pendidikan. 
Hari gini, masih ada yang lebih parah dari kejadian laskar pelangi dulu, lintang yang terpaksa tidak meneruskan sekolah gara-gara harus berkerja untuk membiayai keluarganya. Kondisi lintang sama dengan Ilmi sekarang. Terkatung katung diantara menambah kecerdasan intelektualnya dengan kondisi harus mencari nafkah keluarga. Setelah pulang dari rumah Ilmi, setelah merasa gagal mempertahankan Ilmi, ingin rasanya aku termehek-mehek...


Jumat, 30 Mei 2008

Tips Agar Berhasil Dalam Belajar

Memahami bukan menghapal.
Pahami buku pelajaran yang kita baca. Tak perlu dihapal, yang penting dimengerti apa isinya. Untuk mengetes diri kita apakah sudah mengerti apa belum. Coba ceritakan kembali apa yang sudah kita baca. Kalau kita mampu menceritakan nya kembali dengan lancar. Berarti kita suah memahami apa yang kita baca.

Mencatat yang penting
Catatlah hal-hal yang penting dari buku pelajaran yang kita baca. Buatlah ringkasan atau kesimpulan dengan kalimat yang pendek saja. Kalimat pendek akan mudah diserap oleh otak kita. Seandainya kita tidak bisa meringkas atau membuat kesimpulan, kita bisa menandai kata atau kalimat kunci pada buku itu dengan menggunakan ballpoin warna atau stablio.

Pilih waktu yang tepat
Pilihlah waktu belajar disaat kita merasa sangat segar dan bersemangat. Dengan begitu, apa yang kita baca atau kita pelajari akan cepat kita tangkap. Umumnya, waktu belajar yang tepat adalah di pagi hari, ketika otak kita belum dipenuhi banyak pikiran. Namun kalau kita termasuk orang yang terlalu aktif atau memiiki banyak kegiatan, kita bisa belajar sebelum menjalankan banyak aktivitas itu.

Tempat dan suasana yang nyaman
Pilihlah tempat dan suasana yang nyaman saat belajar. Tempat yang kurang bersih atau suasana yang panas serta dipenuhi suara hingar-bingar umumnya membuat kita kurang dapat berkonsentrasi.

Jangan abaikan keinginan
Jika pada saat belajar tiba-tiba kita ingin melakukan kegiatan lain, misalnya menelepon seseorang atau membuar minuman segar, hentikan sejenak belajar kita. Lakukanlah kegiatan yang memang sedang ingin kita lakukan itu, lalu kita teruskan kembali belajar. Soalnya percuma kita meneruskan belajar, kalau pikiran kita bercabang. Kita tidak akan konsentrasi, deh..tapi jangan terlalu sering juga ya ..hal itu kita lakukan karena waktu belajar kita akan banyak terbuang.

Cek kemampuan
Nah saat belajar sebaiknya kita juga tidak hanya membaca buku pelajaran yang diberikan sekolah. Sekali-kali, tak ada salahnya membaca buku penunjang lainnya. Lalu, cek kemampuan diri kita. Misalnya, untuk pelajaran hitungan atau matematika, kita bisa mencari kumpulan soal yang menurut kita sulilt, lalu kita kerjakan soal itu sampai kita menemukan hasil yang benar. Untuk pelajaran yang bukan hitungan , kita bisa minta tolong sahabat, kakak, atau orang tua untuk membuat soal buat kita.Hmm..kalau kita belum bisa menjawabnya, itu tandanya apa yang kita pelajari masih kurang tuh...

Berdoa sebelum belajar
Terakhir tapi sangat penting yaitu berdoa. Mudah-mudahan yang kita pelajari membawa berkah dan membuat hati kita tenang.

Nah..sebentar lagi ulangan umum. Anak-anakku tersayang selamat belajar.....

Jumat, 11 April 2008

Pudarnya pesona Cleopatra

Karya Habiburrahman El Shirazy
Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.¡? Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu¡?, kata ibu.
¡?Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu¡?, ucap beliau dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.
Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.
Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, ¡Ècantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.
Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabi pun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!
Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.
Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.
Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab ¡É tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga¡É. Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ¡Æmbak¡Ç, ¡É kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku¡É tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. ¡Èwallahu a¡Çlam¡É jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, ¡ÈKalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?¡É.
Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini¡É. Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikkan air mata bukan karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.
Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis Maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. ¡ÈMas tidak apa-apa¡É tanyanya dengan perasaan kuatir. ¡ÈMas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih¡É, lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. ¡ÈMas airnya sudah siap¡É, kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. ¡ÈMas aku buatkan wedang jahe¡É, Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.
Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ¡É Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?¡É Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. ¡ÈMas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas¡É. ¡É Biasanya dikerokin¡É, jawabku lirih. ¡É Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin¡É, sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.
Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya.¡É Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu¡É kata Ratu Cleopatra. ¡É Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu¡É. Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.
Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba ¡É Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya¡É, kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. ¡É Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya¡É, lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.
Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
¡É Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang¡É, suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.
Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. ¡É Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,¡É lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. ¡É Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. ¡É Ya Mas!¡É sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil ¡Èdinda¡É. ¡É Matanya sedikit berbinar. ¡ÈTe..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,¡É ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.
Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. ¡É Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?¡É.
Hana begitu bahagia.
Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.
Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. ¡É
Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.
Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.
Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana. Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. ¡É Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu¡É kata ibuku. ¡É Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?¡É sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya¡É Mana tanggung jawabmu!¡É Aku hanya diam dan mendesah sedih. ¡É Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta¡É gumamku.
Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, ¡É Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita¡É.
Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.
Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. ¡ÈApakah kamu sudah menikah?¡É kata Pak Qalyubi. ¡ÈAlhamdulillah, sudah¡É jawabku. ¡É Dengan orang mana?. ¡ÈOrang Jawa¡É. ¡ÈPasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?¡É. ¡ÈPernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran¡É. ¡É Kau sangat beruntung, tidak sepertiku¡É. ¡ÈKenapa dengan Bapak?¡É. ¡ÈAku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang¡É. ¡ÈBagaimana itu bisa terjadi?¡É.
¡ÈKamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia. Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua¡É.

¡ÈKetika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.¡É
¡ÈYasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun, tetapi tiga tahun sekali. Yasmin tidak bisa.¡É
¡ÈAku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rendang, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.¡É
¡ÈKau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.¡É
¡ÈSaya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. ¡ÈAku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir¡É, kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.¡É
¡ÈYasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong. Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.¡É
Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala di dindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya, dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.
Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikan untuk Raihana daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi¡Äternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.
¡ÈRabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba¡É tulis Raihana.
Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa¡É Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.
Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya.
Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau¡É.
Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.
Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. ¡ÈMana Raihana Bu?¡É. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.

¡ÈRaihana¡Äistrimu¡Äistrimu dan anakmu yang dikandungnya¡É. ¡ÈAda apa dengan dia¡É. ¡ÈDia telah tiada¡É. ¡ÈIbu berkata apa!¡É. ¡ÈIstrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.
¡ÈDia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya¡É. Hatiku bergetar hebat. ¡ÈKenapa ibu tidak memberi kabar padaku?¡É
¡ÈKetika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami.¡É
Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.
Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ¡Ä¡Ä..